INDOGROUND.ID – Korea Utara secara diam-diam menjadi salah satu negara adidaya dibidang cryptocurrency dan menggunakannya untuk membiayai persenjataan nuklir.
Mengutip laman cnet.com, sebuah kelompok peretas bernama Lazarus Group berhasil membobol lebih dari 600 juta USD dalam bentuk crypto dari salah satu blockchain yang dipakai oleh game NFT Axie Infinity.
Menurut data yang dikeluarkan Chainalysis, peretas yang diduga berafiliasi dengan pemerintah Korea Utara tersebut telah membobol total 840 juta USD dalam lima bulan pertama di tahun 2022.
Nilai tersebut lebih banyak dari total pembobolan hacker Korea Utara selama 2022 dan 2021 bila digabungkan.
Menurut wakil penasihat keamanan nasional AS, Anne Neuberger memperkirakan bahwa sepertiga dari hasil peretasan crypto Korea Utara masuk ke program pengembangan senjata negara tersebut, termasuk senjata nuklir.
Selain masuk kedalam program persenjataan, hasil curian cryptocurrency yang dilakukan Korea Utara juga masuk untuk membiayai spionase negara.
Hal ini terungkap setelah Korea Selatan mencuri informasi militer untuk mata-mata Korea Utara yang dibayar dengan salah satu mata uang crypto, Bitcoin.
“Sekarang ini crypto menjadi salah satu hal yang penting bagi Korea Utara,” kata mantan analis Korea Utara di FBI, Nick Carlsen.
Menurutnya, Korea Utara menjadi negara adidaya cryptocurrency hasil dari peretasan dan sebagian masuk ke dalam program pembiayaan senjata termasuk mendanai pengembangan nuklir.
Dalam 10 hari terakhir, Korea Utara telah meningkatkan uji coba rudal balistik mereka dengan skala tinggi. Bahkan hal ini memicu pemerintah Jepang untuk memberi peringatan bagi warga negaranya setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik tepat diatas Hokkaido pada Rabu (05/10/22).
Korea Utara mulai bergantung pada cryptocurrency sejak mewabahnya pandemi Covid-19. Hal ini diperkuat dengan pendapatan Korea Utara yang turun sampai dengan 80% pada tahun 2020 lalu dan pada saat yang sama nilai beberapa cryptocurrency meroket.(***)